بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Deskripsi Pengertian Cacing Tanah
SIFAT CACING TANAH
1. Cacing tanah bersifat hemaprodit alias dua alat kelamin, jantan dan betina, tidak dapat melakukan perkawinan sendirian. Untuk kawin ia membutuhkan pasangan untuk pertukaran sperma.
2. Cacing tanah merupakan hewan nokturnal dan fototaksis negatif.
- Nokturnal artinya aktivitas hidupnya lebih banyak pada malam hari sedangkan pada siang harinya istirahat.
- Fototaksis negatif artinya cacing tanah selalu menghindari kalau ada cahaya, besembunyi di dalam tanah.
-Bernafasnya dengan permukaan permukaan tubuhnya. Oleh karena itu permukaan tubuhnya dijaga kelembabannya, agar pertukaran oksigen dan karbondioksida berjalan lancar.
3. Usia cacing tanah bisa mencapai 15 tahun, namun usia produktifnya hanya sekitar 2 tahun. Cacing dewasa dapat menghasilkan kokon sebanyak 3 kokon per minggu. Di dalam kokon tedapat telur dengan jumlah antara 2 - 20 butir. Telur tersebut akan menetas menjadi juvenil (bayi cacing) setelah 2-5 minggu. Rata-rata hidup cacing adalah 2 ekor perkokon. Cacing dewasa dan siap kawin setelah berumur 2-3 bulan.
4. Dalam pertumbuhannya, pertambahan berat cacing sampai satu bulan adalah sekitar 400 persen, 1-2 bulan 300 persen, dan 2-3 bulan 100 persen. Dalam satu siklus (3 bulan) 1 kg induk cacing menghasilkan 6 kg cacing. Dalam 1 kg cacing terdapat sekitar 2000 ekor. sedangkan berat keringnya adalah sekitar 20 persen dari berat basah.
ANATOMI CACING TANAH
Tubuh cacing tanah sebagian besar terdiri dari air dan tersusun atas segmen-segmen (sekitar 95 segmen) yang terdapat menyusut dan meregang untuk membantu cacing bergerak di dalam tanah. Cacing tanah tidak memiliki tulang, gigi, mata, telinga atau kaki. Cacing tanah memiliki lima jantung.
Cacing tanah memiliki organ perasa yang sensitif terhadap cahaya dan sentuhan (reseptor sel) untuk membedakan perbedaan intensitas cahaya dan merasakan getaran di dalam tanah. Selain itu, mereka juga memiliki kemoreseptor khusus yang bereaksi terhadap rangsangan kimia. Organ-organ perasa pada cacing tanah terletak di bagian anterior (depan/muka)
Kepala cacing tanah terletak pada bagian yang paling dekat dengan clitellum. Mereka biasanya bergerak searah bagian kepala menghadap saat berpindah tempat.
Clitellum adalah segmen pada cacing tanah (mirip korset) tempat kelenjar sel. Fungsinya untuk membentuk kokon (kepompong) dari sekresi lendir dimana sel-sel telur akan diletakkan nantinya di dalam kokon ini. Selama periode kekringan, beberapa spesies cacing tanah akan kehilangan ciri-ciri seksual sekunder untuk sementara, seperti hilangnya clitellum. Saat keadaan membaik, clitellum juga bisa menghilang pada usia tua.
Cacing bernapas melalui kulit mereka yang tipis. Kulit cacing harus tetap lembab sepanjang waktu untuk memungkinkan untuk menghirup oksigen yang sangat dibutuhkan. Oksigen yang masuk lewat kulit akan diikat oleh hemoglobin dalam darah dan akan diedarkan ke seluruh tubuh. Jika kulit mereka mengering, cacing tanah akan mati lemas. Kulit cacing tanah sangat sensitif terhadap cahaya matahari langsung ataupun suhu panas yang dapat membuat kulit mereka kering.
Cacing tanah adalah hewan berdarah dingin (poikiloterm), mereka tidak mampu menghasilkan panas tubuh. Suhu tubuh mereka dipengaruhi oleh suhu lingkungan.
SIKLUS HIDUP CACING TANAH
Sepasang cacing tanah dewasa dapat berkembang biak hingga menghasilkan 1500 ekor cacing dalam satu tahun. Populasi cacing tanah mengalami peningkatan hingga 100% setiap 4-6 bulan. Cacing tanah akan membatasi perkembangbiakan mereka agar sesuai dengan makanan yang tersedia dan ukuran tempat hidup mereka.
Cacing tanah adalah hewan hermafrodit (organ kelamin jantan & betina di dalam satu individu). Meskipun hermafrodit, cacing tanah tidak bisa melakukan reproduksi sendirian karena tidak menyatukan organ kelamin jantan dan organ kelamin betina mereka sendiri. Cacing tanah akan aktif untuk bereproduksi pada keadaan hangat dan lembab.
Cacing tanah dewasa dapat kawin kira-kira sekali setiap 10 hari, dan dari perkawinan itu, dapat menghasilkan satu atau dua kepompong. Satu kepompong dapat menampung hingga 10 telur, namun biasanya hanya 4 cacing muda yang akan menetas.
Telur cacing tanah dapat menetas setelah 3 minggu jika cuaca hangat, namun bisa mencapai 3 bulan jika cuaca dingin . Saat anak cacing tanah siap keluar, kepompong berubah warna menjadi kemerahan dan berukuran sebesar biji anggur. Anak cacaing tanah yang baru menetas berukuran sekitar 1.2 cm, tanpa ogan reproduksi, berwarna keputihan dengan semburat merah muda yang menunjukan pembuluh darah mereka.
Cacing tanah akan mulai matang seksual saat clitellum terbentuk dengan sempurna (usia 10-55 minggu, tergantung spesies). Pertumbuhan berat tubuh cacing tanah akan melambat setelah melewati tahap ini.
Sebagian cacing tanah akan mati pada tahun yang sama saat mereka dilahirkan. Sementara yang lain dapat hidup hingga usia 5 tahun atau lebih. Cacing tua ditandai dengan bagian ekor agak pipih dan warna kuning pada ekor sudah mencapai punggung. Bila cacing tanah masih produkif, warna kuning masih ada di ujung ekor.
Berikut gambar :
1. Lumbricus Rubellus
2. African Night Crawler (ANC)
Semoga bermanfaat. :)
وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar